Irma Nuarti: TUGAS INDIVIDU

Pages

Kamis, 20 Oktober 2011

0

TUGAS INDIVIDU

TUGAS INDIVIDU
BAHASA INDONESIA 2

1.    Jelaskan pengertian penalaran dan sebutkan macamnya, serta jelaskan penerapannya !
Jawab :
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akat terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.
Dalam penalaran proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence).
Hubungan antara premis dan konklusi disebut konsekuensi.
            A. Macam – Macam Penalaran
a.    Penalaran Induktif
Penalaran induktif merupakan prosedur yang berpangkal dari peristiwa khusus sebagai hasil pengamatan empirik dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat umum. Dalam hal ini penalaran induktif merupakan kebalikan dari penalaran deduktif. Untuk turun ke lapangan dan melakukan penelitian tidak harus memliki konsep secara canggih tetapi cukup mengamati lapangan dan dari pengamatan lapangan tersebut dapat ditarik generalisasi dari suatu gejala. Dalam konteks ini, teori bukan merupakan persyaratan mutlak tetapi kecermatan dalam menangkap gejala dan memahami gejala merupakan kunci sukses untuk dapat mendiskripsikan gejala dan melakukan generalisasi.
a)    Jenis – Jenis Penalaran Induktif
1.    Analogi
Analogi adalah proses penyimpulan berdasarkan kesamaan data atau fakta. Analogi dapat juga dikatakan sebagai proses membandingkan dari dua hal yang berlainan berdasarkan kesamaannya, kemudian berdasarkan kesamaannya itu ditarik suatu kesimpulan.
Analogi mempunyai 4 fungsi, antara lain :
1.    Membandingkan beberapa orang yang memiliki sifat kesamaan
2.    Meramalkan kesaman
3.    Menyingkapkan kekeliruan
4.    Klasifikasi
Contoh dari Analogi
Demikian pula dengan manusia yang tidak berilmu dan tidak berperasaan, ia akan sombong dan garang. Oleh karena itu, kita sebagai manusia apabila diberi kepandaian dan kelebihan, bersikaplah seperti padi yang selalu merunduk.
                                    2.  Generalisasi
     Generalisasi adalah penarikan kesimpulan umum dari data atau  
     fakta-fakta yang diberikan atau yang ada
a.    Macam - Macam Generalisasi
a)    Generalisasi sempurna
Generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki.
Contoh:
sensus penduduk
b)    Generalisasi tidak sempurna
Generalisasi dimana kesimpulan diambil dari sebagian fenomena yang diselidiki diterapkan juga untuk semua fenomena yang belum diselidiki.
Contoh:
Hampir seluruh pria dewasa di Indonesia senang memakai celana pantaloon.

v  Prosedur Pengujian Generalisasi Tidak Sempurna
Generalisasi yang tidak sempurna juga dapat menghasilkan kebenaran apabila melalui prosedur pengujian yang benar.
Prosedur pengujian atas generalisasi tersebut adalah :
1.    Jumlah sampel yang diteliti terwakili.
2.    Sampel harus bervariasi.
3.    Mempertimbangkan hal-hal yang menyimpang dari fenomena umum/ tidak umum.
B. Penalaran Deduktif
Yaitu proses penalaran yang cara berpikirnya berdasarkan atas suatu pernyataan dasar untuk menarik kesimpulan.
Macam-macam Penalaran Deduksi :
a.    Silogisme Kategorial
Yaitu disusun berdasarkan klasifikasi premis dan kesimpulan yang kategoris. Premis yang mengandung predikat dalam kesimpulan disebut premis mayor, sedangkan premis yang mengandung subjek dalam kesimpulan disebut premis minor. Silogisme kategorial terjadi dari tiga proposisi, yaitu :
·         Premis umum Premis Mayor (My)
Contoh :
Semua mahasiswa adalah lulusan SLTA.
·         Premis khusus Premis Minor (Mn)
Contoh :
Badu adalah mahasiswa.
·         Premis simpulan Premis Kesimpulan (K)
Contoh :
Badu lulusan SLTA.

b.    Silogisme Hipotesis
Yaitu yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi konditional hipotesis. Konditional hipotesis yaitu, bila premis minornya membenarkan anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen. Bila minornya menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen.
Contoh :
My : Jika tidak ada air, manusia akan kehausan.
Mn : Air tidak ada.
K : Jadi, Manusia akan kehausan.
c.    Silogisme Alternatif
Yaitu yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Simpulannya akan menolak alternatif yang lain. Contoh :
My : Nenek Sumi berada di Bandung atau Bogor.
Mn : Nenek Sumi berada di Bandung.
K : Jadi, Nenek Sumi tidak berada di Bogor.
d.    Silogisme Entimen
Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun lisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan simpulan.
Contoh:
Dia menerima hadiah pertama karena dia telah menang dalam sayembara itu.
B. Penerapan Penalaran
a. Penerapan Penalaran Deduktif
Frustrasi terjadi jika seseorang terhalang oleh suatu hal dalam mencapai tujuan, kebutuhan, keinginan, pengharapan, atau tindakan tertentu. Agresi merupakan salah satu cara berespons terhadap frustrasi. Remaja miskin yang nakal adalah akibat dari frustrasi yang berhubungan dengan banyaknya waktu menganggur, keuangan yang pas-pasan, dan adanya kebutuhan yang harus segera terpenuhi tetapi sulit sekali tercapai. Akibatnya, mereka menjadi mudah marah dan berperilaku agresif.
Kalimat utama dalam paragraf tersebut terletak di awal paragraf. Hal yang menjadi pikiran utama dalam paragraf tersebut adalah frustasi sebagai penyebab agresi. Kalimat-kalimat selanjutnya kemudian bertugas sebagai penjelas dengan mendukung kalimat pertama.
a. Penerapan Penalaran Induktif
Faktor penyebab seperti yang dipaparkan, diharapkan dapat bermanfaat bagi para orangtua, pendidik, dan terutama para remaja sendiri dalam berperilaku dan mendidik generasi berikutnya agar lebih baik. Dengan demikian, aksi-aksi kekerasan baik dalam bentuk agresi verbal maupun agresi fisik dapat diminimalkan atau bahkan dihilangkan. Mungkin masih banyak faktor penyebab lainnya yang belum dibahas di sini. Akhirnya, kita setidaknya berharap bahwa faktor-faktor agresi patut diwaspadai.
Paragraf tersebut adalah paragraf yang kalimat utamanya berada pada bagian akhir. Biasanya, kalimat utama pada paragraf induktif menggunakan konjungsi penyimpul antarkalimat, seperti jadi, maka, dengan demikian, akhirnya, atau oleh karena itu. Akan tetapi, hal ini bukan hal yang mutlak sebab ada juga kalimat utama dalam paragraf induktif yang tidak perlu didahului konjungsi.
            2. Jelaskan langkah – langkah dalam metode ilmiah !
                Jawab :
Pelaksanaan penelitian dengan menggunakan metode ilmiah harus mengikuti langkah-langkah tertentu. Marilah lebih dahulu ditinjau langkah-langkah yang diambil oleh beberapa ahli dalam mereka melaksanakan penelitian.
a.    Schluter (1926) memberikan 15 langkah dalam melaksanakan penelitian dengan metode ilmiah. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut :
1.    Pemilihan bidang, topik atau judul penelitian.
2.    Mengadakan survei lapangan untuk merumuskan masalah-malalah yang ingin dipecahkan.
3.    Membangun sebuah bibliografi.
4.    Memformulasikan dan mendefinisikan masalah.
5.    Membeda-bedakan dan membuat out-line dari unsur-unsur permasalahan.
6.    Mengklasifikasikan unsur-unsur dalam masalah menurut hu-bungannya dengan data atau bukti, baik langsung ataupun tidak langsung.
7.    Menentukan data atau bukti mana yang dikehendaki sesuai dengan pokok-pokok dasar dalam masalah.
8.    Menentukan apakah data atau bukti yang dipertukan tersedia atau tidak.
9.    Menguji untuk diketahui apakah masalah dapat dipecahkan atau tidak.
10. Mengumpulkan data dan keterangan yang diperlukan.
11. Mengatur data secara sistematis untuk dianalisa.
12. Menganalisa data dan bukti yang diperoleh untuk membuat interpretasi.
13. Mengatur data untuk persentase dan penampilan.
14. Menggunakan citasi, referensi dan footnote (catatan kaki).
15. Menulis laporan penelitian.
3. Jelaskan Perbedaan Karya Ilmiah, Karya Ilmiah Populer dan  Karya Non Ilmiah !
    Jawab :
Perbedaan Karya Ilmiah dengan Non-ilmiah
Istilah karya ilmiah dan nonilmiah merupakan istilah yang sudah sangat lazim diketahui orang dalam dunia tulis-menulis. Berkaitan dengan istilah ini, ada juga sebagian ahli bahasa menyebutkan karya fiksi dan nonfiksi. Terlepas dari bervariasinya penamaan tersebut, hal yang sangat penting untuk diketahui adalah baik karya ilmiah maupun nonilmiah/fiksi dan nonfiksi atau apa pun namanya, kedua-keduanya memiliki perbedaan yang signifikan.
Perbedaan-perbedaan yang dimaksud dapat dicermati dari beberapa aspek. Pertama, karya ilmiah harus merupakan pembahasan suatu hasil penelitian (faktual objektif). Faktual objektif adalah adanya kesesuaian antara fakta dan objek yang diteliti. Kesesuaian ini harus dibuktikan dengan pengamatan atau empiri. Kedua, karya ilmiah bersifat metodis dan sistematis. Artinya, dalam pembahasan masalah digunakan metode atau cara-cara tertentu dengan langkah-langkah yang teratur dan terkontrol melalui proses pengidentifikasian masalah dan penentuan strategi. Ketiga, dalam pembahasannya, tulisan ilmiah menggunakan ragam bahasa ilmiah. Dengan kata lain, ia ditulis dengan menggunakan kode etik penulisan karya ilmiah. Perbedaan-perbedaan inilah yang dijadikan dasar para ahli bahasa dalam melakukan pengklasifikasian.
Selain karya ilmiah dan nonilmiah yang telah disebutkan di atas, terdapat juga karangan yang berbentuk semi-ilmiah/ilmiah populer. Sebagian ahli bahasa membedakan dengan tegas antara karangan semi-ilmiah ini dengan karangan ilmiah dan nonilmiah. Finoza (2005:193) menyebutkan bahwa karakteristik yang membedakan antara karangan semi-ilmiah, ilmiah, dan nonilmiah adalah pada pemakaian bahasa, struktur, dan kodifikasi karangan. Jika dalam karangan ilmiah digunakan bahasa yang khusus dalam di bidang ilmu tertentu, dalam karangan semi-ilmiah bahasa yang terlalu teknis tersebut sedapat mungkin dihindari. Dengan kata lain, karangan semi-ilmiah lebih mengutamakan pemakaian istilah-istilah umum daripada istilah-istilah khusus. Jika diperhatikan dari segi sistematika penulisan, karangan ilmiah menaati kaidah konvensi penulisan dengan kodifikasi secara ketat dan sistematis, sedangkan karangan semi-ilmiah agak longgar meskipun tetap sistematis. Dari segi bentuk, karangan ilmiah memiliki pendahuluan (preliminaris) yang tidak selalu terdapat pada karangan semi-ilmiah.
Berdasarkan karakteristik karangan ilmiah, semi-ilmiah, dan nonilmiah yang telah disebutkan di atas, yang tergolong dalam karangan ilmiah adalah laporan, makalah, skripsi, tesis, disertasi; yang tergolong karangan semi-ilmiah antara lain artikel,  feature, kritik, esai, resensi; yang tergolong karangan nonilmiah adalah anekdot, dongeng, hikayat, cerpen, cerber, novel, roman, puisi, dan naskah drama.
Karya nonilmiah sangat bervariasi topik dan cara penyajiannya, tetapi isinya tidak didukung fakta umum. Karangan nonilmiah ditulis berdasarkan fakta pribadi, dan umumnya bersifat subyektif. Bahasanya bisa konkret atau abstrak, gaya bahasanya nonformal dan populer, walaupun kadang-kadang juga formal dan teknis. Karya nonilmiah bersifat (1) emotif: kemewahan dan cinta lebih menonjol, tidak sistematis, lebih mencari keuntungan dan sedikit informasi, (2) persuasif: penilaian fakta tanpa bukti. Bujukan untuk meyakinkan pembaca, mempengaruhi sikap cara berfikir pembaca dan cukup informative, (3) deskriptif: pendapat pribadi, sebagian imajinatif dan subjektif, dan (4) jika kritik adakalanya tanpa dukungan bukti.
            4. Jelaskan sikap dari ilmiah yang harus di miliki mahasiswa !
                 Jawab :
Ada tujuh sikap ilmiah yang harus dimiliki oleh setiap Mahasiswa, yaitu :
1.    Sikap Ingin Tahu, apabila menghadapi suatu masalah yang baru dikenalnya, maka ia berusaha mengetahuinya. Senang mengajukan pertanyaan tentang obyek dan peristiwa.
2.    Sikap Kritis, tidak langsung begitu saja menerima kesimpulan tanpa ada bukti yang kuat, kebiasaan menggunakan bukti – bukti pada waktu menarik kesimpulan. Tidak merasa paling benar yang harus diikuti oleh orang lain. Bersedia mengubah pendapatnya berdasarkan buktibukti yang kuat.
3.    Sikap obyektif, melihat sesuatu sebagaimana adanya obyek itu, dengan kata lain mereka dapat mengatakan secara jujur dan menjauhkan kepentingan dirinya sebagai subjek.
4.    Sikap ingin menemukan, selalu memberikan saran-saran untuk eksprimen baru. Selalu memberikan konsultasi yang baru dari pengamatan yang dilakukannya.
5.    Sikap menghargai karya orang lain, tidak akan mengakui dan memandang karya orang lain sebagai karyanya, menerima kebenaran ilmiah walaupun ditemukan oleh orang atau bangsa lain.
6.    Sikap tekun, tidak bosan mengadakan penyelidikan. Bersedia mengulangi eksprimen yang hasilnya meragukan. Tidak akan berhenti melakukan kegiatan-kegiatan apabila belum selesai.
7.    Terhadap hal-hal yang ingin diketahuinya ia berusaha bekerja dengan teliti.
8.    7. Sikap terbuka, bersedia mendengarkan argumen orang lain sekalipun berbeda dengan apa
9.    yang diketahuinya.buka menerima kritikan dan respon negatif terhadap pendapatnya.

DAFTAR PUSTAKA :

0 komentar:

Posting Komentar